Minggu, 22 Desember 2013

RSA

ROAD SAFETY CLINIC DI PERUSAHAAN LIFT 


PAGI terasa berbeda hari itu. Belasan anak muda berkumpul dengan penuh semangat di dalam ruangan yang dominan berwarna putih. Mereka rela menyisihkan waktu kerjanya demi satu asa, terbebas dari petaka di jalan raya.
Road Safety Association (RSA) Indonesia menggelar ‘Road Safety Clinic’ bagi karyawan PT Mitsubishi Jaya Elevator and Escavator di Jakarta, Senin (28/10/2013). Salah satu tujuan klinik pelatihan sepanjang pagi hingga sore hari adalah untuk membekali peserta menghadapi situasi di jalan raya. Proses klinik melalui tahapan mengenali risiko di jalan raya, mengetahui potensi pemicu kecelakaan, dan bagaimana solusi mengurangi risiko yang ada.
“Kecelakaan dipicu oleh kecerobohan para pengendara,” ujar Fatur, salah seorang peserta.
Selain itu, tambah Budi, salah seorang peserta, kecelakaan dipicu oleh kurangnya kesadaran berkendara yang aman dan selamat.
Fakta menunjukan bahwa lebih dari separuh kecelakaan di Indonesia dipicu oleh faktor manusia. Dari seluruh faktor manusia, dua aspek yang dominan adalah berkendara tidak tertib dan lengah. Tidak tertib bermakna sang pengguna jalan melakukan pelanggaran saat berlalu lintas jalan.
“Karena itu, polisi harus tegas dalam menindak para pelanggar aturan di jalan,” tukas Rony, peserta lainnya.
Pembahasan cukup antusias saat menyentuh ranah pentingnya petugas bertindak tegas, konsisten, kredibel, transparan, dan tidak pandang bulu. “Saya yakin, orang Indonesia patuh kalau petugasnya tegas,” sergah Rony.
Harapan banyak orang bahwa penegakan hukum bisa berjalan serius. Tindakan teguran dan penilangan bagian dari upaya represif petugas. Selain, tentu saja, upaya preemtif dan preventif terus digulirkan. Bukankah jargon petugas menyebutkan, kecelakaan kerap kali diawali oleh pelanggaran aturan di jalan?
Berarti, sah saja jika ada pandangan, jika pelanggaran bisa dikurangi, potensi terjadinya kecelakaan juga menyusut. Untuk mengurangi pelanggaran, penegakan hukumnya harus tegas. “Masyarakat kita kalau ada polisi pasti tertib,” kata dia.
Para peserta klinik keselamatan jalan juga diajak melihat fakta bahwa kecelakaan banyak terjadi di jalan lingkungan. Kecelakaan bisa terjadi dimanapun dan kapanpun, termasuk di sekitar tempat tinggal. Tahun 2012, rata-rata ada 24 kasus kecelakaan di jalan lingkungan.
“Makanya perlu memakai helm sekalipun berkendara di sekitar rumah,” kata Sarjono, peserta yang belakangan hasil pre dan post test-nya melonjak paling tinggi dalam klinik kali ini.
Dalam setiap pelatihan keselamatan jalan yang digelar RSA selalu diadakan tes awal dan akhir. Tujuannya untuk mengukur sejauhmana transformasi pengetahuan dapat diserap oleh peserta. Kali ini, pertumbuhan pengetahuan road safety peserta meningkat rata-rata 12%. Cukup lumayan.
“Mudah menyerap paparan Pak Edo sehingga saya bisa menjawab dengan baik tes yang diberikan panitia,” sergah Sarjono.
Pre dan post test berupa pilihan ganda. Sebanyak 15 pertanyaan berisi seputar keselamatan saat berkendara, termasuk aturan yang berlaku saat ini, Undang Undang No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
“Pertanyaan cukup mudah buat saya. Kebetulan saya pernah mengikuti tes seperti itu sebelumnya di tempat lain,” kata Asep, peserta yang memiliki nilai tertinggi, yakni hanya salah satu dari seluruh pertanyaan.
Selain materi teori seputar aturan dan etika berkendara, para peserta juga mendapat materi pengecekan kendaraan. Materi yang dibawakan Ivan Virnanda, ketua Divisi Kegiatan RSA, berlangsung di halaman belakang gedung Jaya, Jl Thamrin, Jakarta Pusat. Materi ini mengingatkan para peserta tentang pentingnya memeriksa kendaraan sebelum berkendara.
“Materi ini mengurangi risiko terjadinya kecelakaan akibat faktor kendaraan,” jelas Ivan.
Aspek yang diperiksa mencakup kondisi rem, rantai, oli, lampu-lampu, ban, hingga bahan bakar. Penunggang sepeda motor mesti punya kebiasaan memeriksa kondisi kendaraan sebagai upaya preventif.
Materi pemeriksaan menjadi penutup klinik kali ini. Sebelum bubar, diumumkan hasil tes, termasuk pemberian hadiah buat peserta terbaik. (edo rusyanto)