Selasa, 04 Februari 2014

JENIS KERUSAKAN PADA PERKERASAN LENTUR

JENIS KERUSAKAN PADA PERKERASAN LENTUR

. JENIS KERUSAKAN PADA PERKERASAN LENTUR
Menurut  Manual Pemeliharaan  1alan No  : 03/MN/B/1983 yang  dikeluarkan  oleh  Direktorat 1enderal Bina  Marga, kerus akan jalan dapat dibedakan at as :
1  Retak (crack ing)
2  Distorsi (distortion)
3  Cacat permukaan (disintegration)
4  Pengaus an (polished aggregate)
5  Kegemukan (bleeding orflushing)
6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)


1. Retak (cracking) dan penyebabnya Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :
a.             Retak halus (hair cracking), lebar celah lebih kecil atau samna dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil. Retak halus ini dapat meresapkan air ke dalam lapis  permukaan. Untuk pemeliharaan  dapat  dipergunakan  lapis  latasir,  atau  buras .  Dalam tahap  perbaikan sebaiknya dilengkapi dengan perbaikan sis tem drainase. Retak rambut dapat berkembang menjadi retak kulit buaya.
b.            Retak  kulit  buaya  (alligator  cracks),  lebar celah lebih besar atau sama dengan 3 mm. Saling merangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya. Retak ini dis ebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil, atau bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah baik). Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas . Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya luas , mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat  dipikul oleh lapisan  permukaan tersebut. Retak kulit  buaya untuk sementara dapat  dipelihara dengan mempergunakan lapis  burda, burtu, ataupun latas ton, jika  eelah ~  3 mm. Sebaiknya  bagian  perkerasan yang  telah mengalami retak kulit buaya akibat air yang merembes masuk ke lapis pondasi dan tanah dasar diperbaiki dengan cara dibongkar dan membuang bagian-bagian yang basah, kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus  disertai dengan  perbaikan  drainase  di sekitarnya. Kerus akan  yang  disebabkan  oleh  beban  lalulintas  harus diperbaiki dengan memberi lapis  tambahan. Retak kulit buaya dapat dires api oleh air sehingga lama kelamaan akan menimbulkan lubang-lubang akibat terlepas nya butir-butir.
c.             Retak  pinggir (edge cracks), retak memanjang jalan dengan atau tanpa lubang yang mengarah ke bahu jalan dan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinya settlement di bawah daerah tersebut. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkeras an dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini. Di lokasi retak, air dapat meresap yang dapat semakin merusak lapis permukaan.Retak dapat diperbaiki dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu jalan diperlebar dan dipadatkan. Jika pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix. Retak ini lama kelamaan akan bertambah besar disertai dengan terjadinya lubang-Iubang.
d.            Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint cracks), retak memanjang yang umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan perkerasan. Retak dapat disebabkan dengan kondisi drainase di bawah bahu jalan lebih buruk dari pada di bawah perkerasan, terjadinya settlement di bahu  jalan, penyusutan material bahu atau perkerasan jalan, atau akibat lintasan truck, kendaraan berat di bahu jalan. Perbaikan dapat dilakukan seperti perbaikan retak refleksi.


e.             Retak sambungan jalan (lane joint cracks), retak memanjang yang terjadi pada    sambungan 2 lajur lalulintas . Hal ini disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan kedua lajur. Perbaikan dapat dilakukan dengan memas ukkan campuran aspal cair dan pasir ke dalam celah-celah yang terjadi. Jika tidak diperbaiki, retak dapat berkembang menjadi lebar karena terlepasnya butir-butir pada tepi retak dan meresapnya air ke dalam lapisan.

f.             Retak  sambungan pelebaran jalan (widening cracks), adalah retak memanjang yang terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Hal ini disebabkan oleh perbedaan daya dukung di bawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan oleh ikatan antara sambungan yang tidak baik. Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah- celah yang timbul dengan campuran aspal cair dengan pasir. Jika tidak diperbaiki, air dapat meresap masuk ke dalam lapisan perkerasan melalui celah-celah, butir-butir dapat lepas dan retak bertambah besar
g.             Retak refleksi (ref lection cracks), retak memanjang, melintang, diagonal, atau membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan pola retakan di bawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan. Retak refleksi dapat pula terjadi jika gerakan vertikal/horozontal di bawah lapis tambahan sebagai akibat perubahan kadar air pada jenis tanah yang ekspansif.Untuk retak memanjang,  melintang,  dan digonal perbaikan dapat dilakukan dengan  mengisi celah dengan campuran aspal cair  dan  pasir.  Untuk  retak  berbentuk  kotak  perbaikan  dilakukan  dengan  membongkar  dan  melapis  kembali dengan bahan yang sesuai.
h.            Retak  susut (shrinkage cracks), retak yang saling bersambungan membentuk kotak kotak besar dengan sudut tajam. Retak disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan permukaan yang memakai aspal dengan penetrasi rendah, atau perubahan  volume pada  lapisan  pondasi dan  tanah  dasar.  Perbaikan  dapat dilakukan  dengan  mengisi celah  dengan campuran aspal cair dan pasir dan melapisi dengan burtu.


i .             Retak selip (slippage  cracks),  retak yang bentuknya melengkung  seperti bulan sabit.  Hal ini terjadi disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dengan lapis di bawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu, minyak, air, atau benda non-adhesif lainnya, atau akibat tidak diberinya tack coat sebagai bahan pengikat di antara kedua lapisan. Retak selip pun dapat terjadi akibat terlau banyaknya pasir dalam campuran lapisan permukaan, atau kurang baiknya pemadatan  lapis permukaan.  Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.


2.          Distorsi (Distortion) Distorsil perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalulintas.
Sebelum perbaikan dilakukan sewajarnyalah ditentukan terlebih dahulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi. Dengan demikian dapat ditentukan jenis penanganan yang cepat. Distorsi (distrotion) dapat dibedakan atas :
a.        Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur dapat merupakan tempat menggenangnya air
hujan yang jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak-retak. Terjadinya alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian terjadi tambahan pemadatan akibat   repetisi  beban   lalulintas   pada  lintasan   roda.   Campuran   aspal  dengan   stabilitas   rendah   dapat   pula menimbulkan dejormasi plastis. Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi lapisan tambahan dari lapis permukaan yang sesuai


b.        Keriting (corrugation), alur yang terjadi melintang jalan. Dengan timbulnya lapisan permukaan yang keriting ini pengemudi akan merasakan ketidaknyamanan mengemudi. Penyebab kerusakan ini adalah rendahnya stabilitas campuran yang berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlau banyak mempergunakan agregat halus , agregat berbentuk bulat dan berpermukaan penetrasi yang tinggi. Keriting dapat juga terjadi jika lalulintas dibuka sebelum perkerasan mantap (untuk perkerasan yang mempergunakan aspal cair). Kerusakan dapat diperbaiki dengan :
Jika lapis permukaan yang berkeriting itu mempunyai lapis pondasi agregat, perbaikan yang tepat adalah dengan menggaruk kembali, dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan kembali dan diberi lapis permukaan baru. Jika lapis permukaan bahan pengikat mempunyai ketebalan >5 cm, maka lapis tipis yang mengalami keriting tersebut diangkat dan diberi lapis permukaan yang baru.
c.        Sungkur (shoving), deformasi plastis yang terjadi setempat, di tempat kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan dapat terjadi dengan/tanpa
d.        Amblas (grade  depressions),  terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Amblas dapat terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Air tergenang ini dapat meresap ke dalam lapisan perkerasan yang akhirnya menimbulkan lubang. Penyebab amblas adalah beban kendaraan  yang melebihi apa yang  direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami settlement.
e.        Jembul (upheaval), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah das ar pada tanah das ar eks pans if. Perbaikan dilakukan dengan membongkar bagian yang rus ak dan melapis inya kembali .

3. Cacat  permukaan  (disintegration), yang  mengarah kepada  kerusakan  secara kimiawi  dan  mekanis  dari lapisan perkerasan.
Yang termasuk dalam cacat permukaan ini adalah :
a.        Lubang (potholes), berupa mangkuk, ukuran bervariasi dari kecil sampai besar. Lubang-Iubang ini menampung dan meresapkan air ke dalam lapis permukaan yang menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.Lubang-lubang  tersebut  diperbaiki  dengan  cara  dibongkar  dan  dilapis  kembali.  Perbaikan  yang  bersifat  permanen disebut juga deep patch (tambalan dalam), yang dilakukan sebagai berikut :
i. Bersihkan lubang dari air dan material-material yang lepas.
ii. Bongkar  bagian lapis  permukaan  dan pondasi sedalam-dalamnya  sehingga mencapai  lapisan yang kokoh (potong dalam bentuk ynag persegi panjang).
iii. Beri lapis tack coat sebagai lapis pengikat.
iv. Isikan campuran aspal dengan hati-hati sehingga tidak terjadi segregasi.
vi. Padatkan lapis campuran dan bentuk permukaan sesuai dengan lingkungannya.


b.        Pelepasan butir (ravelling),  dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek serta disebabkan oleh hal yang sama dengan lubang. Dapat diperbaiki dengan memberikan lapisan tambahan di atas lapisan yang mengalarni pelepasan butir setelah lapisan tersebut dibersihkan, dan dikeringkan.
c.        Pengelupasan lapisan permukaan (stripping),  dapat disebabkan oleh kurangnya ikatan antara lapis permukaan dan lapis  di bawahnya,  atau terlalu tipisnya lapis  permukaan.  Dapat diperbaiki dengan cara  digaruk,  diratakan,  dan dipadatkan. Setelah itu dilapisi dengan buras.


4. Pengausan (Polished Aggregate) Permukaan jalan menjadi licin, sehingga membahayakan kendaraan. Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan, atau agregat yang dipergunakan  berbentuk bulat dan licin,  tidak berbentuk cubical. Dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan latasir, buras, atau latasb
5. Kegemukan (bleeding or flushing)
Permukaan menjadi licin. Pada temperatur tinggi, aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejak roda. Berbahaya bagi kendaraan. Kegemukan (bleeding) dapat disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan prime coat atau tack coat. Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan kemudian diberi lapis an penutup.

6. Penurunan Pada  Bek as Penanaman Utilitas  (utility cut depression)
Terjadi di sepanjang bekas penanaman utilitas . Hal ini terjadi karena pemadatan yang tidak memenuhi syarat. Dapat diperbaiki dengan dibongkar kembali dan diganti dengan lapis yang sesuai.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar